Sepertinya hujan kemaren memaksa ku untuk mengingat sesuatu,
dengan iringan lagu dari handphone ku yang rusak, suasana malam semakin sendu
dengan remang bayangan wajah yang dulu dan kini masih terekam jelas,
Gemuruh pun mengantarkan kerinduan yang lama terpendam,
meski kadang, sulit untuk bisa berada pada kenyataan. Atau aku harus tetap memaksa memendam kenangan
itu, hingga aku tak tau lagi harus apa.
Dia kini diam-diam selalu bernafas di belakang leher ku,
menyisakan nafas yang sesungguhnya harus aku jaga. Menjadikan cerita dan
catatan kaki yang terkumpul dalam buku kecil yang kini aku tinggal dalam rak
lemari tua ku.
Ada sebuah nama yang aku rindukan ketika malam ku selalu
gundan dan terjaga hingga pagi, Zarathustra ahura magda, sebuah cahaya terang
yang kini aku sia-siakan.