Senin, 07 November 2011

INILAH KESAKSIAN KU


INILAH KESAKSIAN KU



Sebuah Ode sang Pengelana
Inilah sebuah kesaksian sang Pengelana, sang Musang kesturi penguasa hutan bakau. Kala itu dia menggandeng ku untuk berbincang di tepi pantai,. Telanjang dada dengan terik matahari yang memeluk pasir.
Pembicaraan dimulai dari secangkir teh. Sembari mengucurkan teh, setetes demi setetes air matanya masuk ke dalam cangkirnya. Aku bertanya ada apa dengannya .??
“aku sudah tidak bisa lagi selalu berbohong. Bagi ku, aku adalah sang pengelana yang menguasai hutan ku, namun ada ganjaran yang harus aku terima, aku tak lagi bisa menguasai camar muara, pun tak dapat meyakinkan gajah pasir, meski seekor kura-kura sudah tidak lagi di sini.” Jelasnya dalam isakan tangis.
Dia benar-benar menangis, dia memaksaku untuk jadi pendengarnya, yang sebenarnya aku belum siap.
Maaf kawan, ini kalinya dirimu harus bertarung kembali untuk menguasai hutan mu.
Aku tahu,. Camar-mu masih selalu ada di hati, gajah- mu sebenarnya masih menanti mu di ranjang pantai mu ini, kura-kura- mu selalu berdoa untuk mu di sana. Namun aku tak tahu apakah dirimu mampu bertahan pada pertempuran mu, saat gelombang pasang memaksa mu untuk masuk lagi dalam pasir hisap.
“ya… aku sebenarnya tak sanggup dan takut kembali dalam pasir hisap itu,. Tapi saya mohon, kau jangan pergi untuk tidak mendengarkan ku,. Aku sudah tidak punya siapa-lagi,. Meski camar dan gajahku ada,. Aku tak mau membawa mereka dalam pasir hisap juga. Karena mereka aku ada”
Aku tak tahu apakah aku akan meminum habis teh yang ada pada tangan ku, setelah mendengarkan kesaksian sang Pengelana. Bagi ku itu adalah sebuah pengakuan dosa.
Sebentar dia mengambil segenggap pasir dan berdoa untuk ku,. Sebuah doa panjang yang diakhiri dengan senyum.
“kawan,.. pasir ini akan bersaksi, bahwa pertemuan kita disini bukan sebuah akhir,. Meski kau mengatakan sebaliknya,. Dengan pasir ini aku mendoakan mu untuk bisa masuk dalam dirimu,. Mengetahui diri mu, dengan keyakinan yang sesungguhnya, bukan karena orang-orang,. Meski setelah teh itu habis dank au meninggalkan ku sendiri lagi,. Pasir ini berdoa untuk kau kembali kesini dengan keyakinan mu”
Setelah menghampiri senja, dan sang Pengelana itu tersenyum pada ku,. Aku meninggalkannya sendiri, dengan tangannya yang masih mengenggam pasir dan senyumnya yang manis,. Apakah doa itu adalah Kesaksian atas dosa ku juga,.???



BERASAL DARI PASIR, BERAKHIR MENJADI PASIR


Manusia pertama harus memulai 
Perjalanan bumi  saat malaikat mulai  cemas 
Bila damai surga sudah tidak di hati mereka
Akan hilang sebuah arti perjalanan jika hanya menjawab, perjalanan apa yang akan dilalui                
karena semua tak bisa membayangkan

Pada segenggam pasir itu terbaring tubuh sang perawan yang tak tau siapa dirinya
Yang mencari siapa tuannya
Yang mencari dimana cintanya
Yang tak tahu siapa tuhannya
 tuhannya siapa

Dan sang perawan itu tak tersesat di hutan bakau
Dimana pujangga sang pengelana selalu bersandar dan bermain seruling

Perjalanan pun tak lagi ada yang tahu, kemana sang perawan akan pergi,
Untuk siapa aroma seruling itu di mainkan sang pengelana.

seperti apa dunia itu nantinya jika keduanya merasa benar,
namun sang pengelana meminta dua malaikat untuk membawa kembali sang perawan untuk berbaring diatas segenggam pasir dan membawanya pulang
dan menjadikannya sebuah misteri embuh musim kemarau bagi sang peniup seruling.



PULANG BERPERISTIWA PADA SORE ITU



Ode untuk Djenar-Djenar
Angin meliuk di helaian rambutku hingga mengusap keringat di muka dan leher
Saat kaki ini menjelajah pada jalan setapak menuju hutan bakau yang tercahayai
Sembari melangkah, tak hentinya ilalang kering melambai dan menyentuh tangan ku
Saat itu aku rasakan aroma, aroma sang pengelana..
Aroma yang kurindukan dan kurasa semakin dekat pada kepulangan ku.
Diujung batas pantai aku lihat sang pengelana ku, penuh air mata putih menyeret sebuah kotak kecil
Hingga aku berteriak padanya
 “ apa yang kau lakukan dengan kotak kecil mu itu, wahai sang Pengelana ku”
Dia tersenyum dengan tetap berair-mata
Dan, tetap saja dia memandangku
Katanya dengan tegas
“ aku berusaha menyimpan kotak itu dan aku kuburkan pada dasar pasir pantai ini, .. di hutan bakau ku “
Apa yang dilakukan mu sang pengelana, jangan jadikan itu rahasia dari ku,. !!
Kepulanganku membawa rindu kasih sayang untuk mu, lalu dimana camar, kura-kura dan gajah yang selalu kau sayangi itu .. ?
“ ya, mereka ada, mereka tak kemana, dan aku berusaha untuk memasukkan jantung dan  hati ku dalam kotak ini dan akan tersimpan hanya untuk mereka, ketika mereka datang dengan kabar kerinduan seperti yang kau sampaikan pada ku “
Apakah kau tak mau mendegar kisah saat aku pergi tadi,. Saat aku berkisah dengan buaian debu kota di mana tempat meramu sebuah cinta menjadi kebencian ?
“sepertinya itu kisah mu, dan lakukanlah, simpan kisahmu dalam kotak dan kau kubur dalam-dalam hingga menjadi misteri untuk ku”
Ya,… aku tak akan menjadikan kisahku misteri bagi mu, sang pengelana ku, aku tau kau merasakan kisah ku, dan dalam kotak yang kau bawa itu bukan hanya jantung dan hati mu, di sana kisah ku pun kau akan kubur.